THE LEGEND OF MY VILLAGE
Lahir dan tumbuh besar di salah satu pedesaan yang
damai di kota Tasikmalaya. Lengkapnya yaitu Kampung Limus Nunggal Desa
Cibanteng rt/rw 03/04 Kecamatan Parungponteng Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat
46185. Terletak di sebelah selatan Kabupaten Tasikmalaya, berbatasan langsung
dengan Kecamatan lain, seperti Cibalong, Pamijahan,dan lain-lain.
Tempat
tinggal saya masih terbilang asri dan sepi. Meski arus globalisasi sudah sangat
terasa, tapi disini belum ada minimarket maupun tempat keramaian lainnya. Masih
mengandalkan warung-warung lokal dan toko grosir biasa. Bahkan disini akan
semakin terasa sepi apabila telah melewati waktu maghrib.
Sebenarnya
tidak ada data yang pasti maupun keterangan yang jelas mengenai asal-usul
daerah tempat tinggal saya. Semua keterangan yang ada hanyalah berdasarkan
cerita dan kisah para tetua desa dan sesepuh yang diwariskan secara turun
temurun dari mulut kemulut. Tanpa tulisan maupun gambar yang bisa diyakini.
Namun, meski begitu sebagian masyarakatpu percaya akan kisah yang mereka
dengar. Berikut akan sedikit saya paparkan mengenai kisah asal-usul tempat
tinggal saya yang saya ketahui, mulai dari kecamatan, desa dan kampung.
1.
Kecamatan Parungponteng
Kecamatan ini mulai
terbentuk sejak Tahun 1998, yang mana sebelumnya bergabung dengan Kecamatan
Cibalong. Salah satu kisah yang paling terkenal mengenai asal-usul nama
‘Parungponteng’ adalah tentang sebuah batu batu besar di sungai.
Parungponteng sendiri
diambil dari 2 kata dam bahasa sunda, yaitu ‘Parung’ dan ‘Bonteng’. Parung
adalah sebuah batu besar yang terdapat di bagian terdalam sungai, dan Bonteng
berarti Ketimun.
Dikisahkan, pada zaman
dahulu terdapat sebuah parung yang sangat besar di tengah-tengah sungai di
jantung kecamatan Parungponteng. Parung itu berbentuk seperti Ketimun, lonjong
dan panjang.
Masyarakat zaman dulu
sangat tergantung kehidupannya terhadap sungai. Salah satu sungai yang paling
ramai dan penting bagi kehidupan masyarakat yaitu didekat parung berbentuk
ketimun itu. Semakin lama, keberadaan parung tersebut semakin terkenal hingga
akhirnya tempat tersebut terkenal dengan Parung berbentuk ketimunnya,
disebutlah ‘Parungbonteng’. Namun karena penyebutan itu dirasa cukup sulit,
maka sekarang menjadi ‘Parungponteng’.
Sampai sekarang pun,
banyak sekali ditemukan parung-parung berbentuk ketimun di sungai-sungai
sepanjang kecamatan Parungponteng, meski warga sudah jarang melakukan aktifitas
di sungai.
2.
Desa Cibanteng
Desa Cibanteng
merupakan desa terbesar ketiga, di Kecamatan Parungponteng, setelah Desa
Parungponteng dan Desa Cibungur. Banyak sekali daerah-daerah di Jawa Barat yang
menggunakan kata ‘Ci’ pada namanya. ‘Ci’ sendiri sebenarnya berasal dari kata
‘Cai’ yang berarti ‘Air’.
Daerah Jawa Barat
memang terkenal dengan banyaknya ‘tempat-tempat air’, seperti kolam ikan,
sungai, dan waduk (danau). Oleh karena itu, masyarakat zaman dulu menambahkan
kata ‘Ci’ pada nama daerhnya, termasuk nama desaku.
Cibanteng diambil dari
2 kata, yaitu ‘Cai’ dan ‘Banteng’. Cai disini berarti melimpahnya air sungai di
daerah ini, karena sepanjang desa dialiri sungai. Airnya pun tak pernah surut bahkan
terkadang sering meluap jika ada hujan deras.
‘Banteng’ sendiri
dipakai karena konon katanya, di desa ini terdapat sekumpulan banteng liar yang
menjadi penghuni desa ini. Banteng-banteng tersebut tinggal di sebuah tanah
lapang luas yang terletak di jantung desa ini, yang sampai saat kini menjadi
lapangan utama desa ini.
Lapangan ini sangatlah
luas, dikelilingi persawahan, sungai dan sebuah bukit batu kapur besar di
salahsatu sisinya. Lapang ini terletak jauh dari jalan raya, harus memasuki
perumahan warga dan pematang sawah. Meski begitu, lapang ini tetap menjadi
lapangan utama desa ini, seperti digunakan saat Shalat ‘Idul Adha dan ‘Idul
Fitri, turnamen akbar antar warga dan juga acara-acara resmi seperti upacara
kemerdekaan dan pemilihan kepala desa.
Menurut kisah yang
beredar, ditemukan banyak sekali tengkorak dan fosil banteng di salah satu
sudut lapang ini, tepat dibawah bukit batu kapur. Oleh karena itu, masyarakat
sekitar menganggap bahwa dulu daerah ini dihuni oleh sekawanan banteng.
3.
Kampung Limus Nunggal
Kampung Limus Nunggal
adalah kampung kecil di ujung timur Desa Cibanteng. Berbatasan langsung dengan
Kampung lainnya seperti Dangdeur, Babakan dan Nangoh. Kampung ini secara
geografi berbentuk memanjang dan di kelilingi oleh pesawahan-pesawahan.
Limus Nunggal terdiri
dari 2 kata, yaitu ‘Limus’ dan ‘Nunggal’. Limus merupakan salah satu jenis dari
buah mangga yang memiliki ciri seperti bentuk lonjong, lebih kecil dari mangga
biasa, dan daging buah yang berwarna kuning cerah serta rasa sangat asam.
Nunggal sendiri berarti satu atau tunggal.
Menurut kepercayaan
masyarakat sekitar, pada zaman dahulu terdapat sebuah pohon limus dibagian
bawah kampung ini yang dekat dengan sungai. Itu adalah satu-satunya pohon limus
di daerah ini, dan selalu berbuah lebat. Tanpa ada yang memiliki secara jelas,
maka pohon itu dimanfaatkan oleh semua warga secara damai. Namun kini, tidak
ada satupun pohon limus yang ada di sekitaran kampung ini.
Sekarang, entahlah apa tujuanku memasukkan semua data yang tak penting ini. Mungkin saja ada beberapa orang yang membutuhkannya (semoga saja). Yang jelas, jika penasaran datanglah ke kampung indahku ini ~jika aku bukan yang memuji, siapa lagiii??~ dimana banyak sekali spot alam yang instagrammable, mulai dari tebing, sungai, bukit kapur, gua, pemandian air panas, curug dan maaaaaasih banyak lagi☺😃
Salam termanis dan hangat bagaikan secangkir coklat hangat dari anak desa 😁Ü
TERIMAKASIH